8/02/2012

Puasa, Rohingnya dan Khilafah


Sungguh tak pantas ketika mereka melakukan puasa namun hanya secara dzahir saja tanpa diimbangi dengan rasa memiliki sebuah dien yang kuat yaitu Islam. Menahan hawa nafsu sebagai pembelajaran tazkiyatun nafs pada setiap diri setiap muslim saat ini belum diimbangi dengan kebangkitan pemikiran dalam tubuh umat Islam. Media-media yang hadir di tengah-tengah kaum muslim
in yang saat ini memang disenangi dengan berbagai program acara Islami tetapi tak menunjukkan acara-acara Islami yang kaffah. Masih banyak pendistorsian syari'at Islam dalam acara-acara tersebut seperti Rock n Roll hingga sinetron cinta yang aneh layaknya Kami bukan Malaikat. Sudah menjadi sebuah kebiasaan ketika media-media kini hadir untuk memenuhi pangsa pasar, jadi jangan berharap banyak pada media-media sekuler yang sangat tampak kesekulerannya ketika momentum seperti ini.

Alih-alih mereka memberikan sebuah sajian potret Islam terbaru seperti kasus rohingnya yang kian memanas di Myanmar, ternyata dalam pemberitaan di berbagai media tak begitu santer. Mereka seakan menutup mata, telinga dan menutup erat-erat hati. Saat ini yang mereka gencarkan adalah pemberitaan seputar Olimpiade London untuk memicu semangat dan rasa nasionalisme bahkan ada sebuah iklan yang jelas-jelas pada akhir iklannya menyeru kaum muslimin untuk mengimani "NKRI HARGA MATI!" Nasionalisme telah menjadi tembok baja yang memunafikkan umat ini di atas segalanya hingga mereka lupa akan keadaan saudaranya sendiri yang mati dibantai oleh rezim tirani Myanmar. Esensi puasa yang sebenarnya menyatukan dan memfilter akal dan hati untuk bangkit ketika satu bulan menjalaninya dengan atmosfer yang sangat kondusif, ya sepantasnya seperti yang dikatakan oleh para penceramah "...Ia bagai bayi yang tak berdosa". Seorang bayi tentu masih suci dan dia akan muncul sebuah perasaan saling memiliki dan membela diennya serta tak menyombongkan diri dengan sikap acuh tak acuh dengan sesama saudaranya meski berbeda belahan dunia. 

Sedih melihat kondisi saudara kita disana yang sedang mengalami penderitaan yang luar biasa. Ini bukanlah sebuah sandiwara tapi sebuah realitas kehidupan. Buka matamu, buka pikiranmu dan buka telingamu, lihat di luar sana betapa banyak saudaramu yang sedang menjalani ibadah puasa dalam ketertindasan rezim tirani mereka. Seperti inilah kondisi yang akan terus dirasakan umat Islam, mereka akan terus didiskriminasi, argumentasinya takkan didengar oleh penguasanya dan diselimuti dengan penindasan yang tak ada habisnya mulai dari Palestine, Rohingnya, Suriah dan belahan bumi lainnya. Syari'at Islam yang memang pas untuk mengatasi masalah ini, lagi-lagi terganjal oleh serangan monster Demokrasi yang digawangi oleh Amerika Serikat dan sekutunya serta para boneka-bonekanya yang bercokol di negeri-negeri kaum muslimin. Beginilah suasana ketika saat Ramadhan yang mubarak tanpa Daulah Khilafah Islamiyah. Padahal dengan adanya wadah tersebut, umat Islam akan telindungi dan terjamin kehidupannya serta kualitas dirinya akan berbeda dengan masa kini yang terus diberi racun oleh para pejuang sekuler liberal. 

Umat Islam jangan hanya sedih saja, umat Islam harus bangkit dan melawan sebuah tembok baja itu. Lihat saudaramu - rohingnya - yang sedang kesusahan saat ini, mereka yang saat ini sedang dilanggar hak kemanusiaanya. Tunjukkan konsekuensi keimananmu yang telah kau ucapkan berkali-kali setiap hari, tunjukkan bahwa kamu adalah muslim sejati. Lawanlah musuh-musuh Allah dengan dakwah Syariah dan Khilafah tanpa kenal lelah meski siang malam, hujan panas dan kondisi apapun menghadang padamu. Dan jika engkau bisa hadir di tengah-tengah mereka, hadirlah. Wujudkan pembinaan dirimu selama Ramadhan dengan menjadi tentara Allah yang sejati yang tak bermental tempe. Dan mari kita tunjukkan pada dunia, bahwa umat Islam, seluruh manusia, alam semesta dan seisinya pancaran rahmatal lil 'alamin dalam syari'at Allah dengan institusi Khilafah Islamiyah. Allahu Akbar!

0 komentar:

Posting Komentar