5/10/2012

Aku Tak Ingin Jadi Aktivis Dakwah Kampus Biasa


Aktivis Islam Ideologis
Aktivis… sebuah kata-kata yang dibenak pikiran kita sudah dipastikan bahwa tentu dia orang yang aktif, militan, nggak pantang meyerah dan mau mengorbankan demi sebuah ide yang telah diyakininya. Tapi yang akan penulis maksud aktivisnya tapi aktivis dakwah. Yuk kita langsung meninjau ke fakta di TKP. Di kalangan masyarakat banyak orang yang mengatakan dirinya sebagai pendakwah. Tapi banyak juga dijumpai ketika berdakwah hanya sebatas guyonan dan nggak berisi. Lalu apakah sama kondisinya dengan kawan kita yang mengatasnamakan dirinya sebagai aktivis dakwah kampus.  Sebuah tempat yang menjadi sebuah sejarah panjang bagi para founding father agama ini termasuk beberapa ulama yang sudah tidak terasing di telinga kita sekelas Taqiyuddin An Nabhani, Abdul Qadim Zallum, Hassan Al Banna, Sayyid Qutb, Atha’ Abu Rusytah dan sejuta ulama yang tentunya takkan cukup kusebutkan satu per satu di goresan pena ini. Ku tahu dan memahami bahwa mereka adalah generasi-generasi umat yang telah diperhitungkan atas karya-karya besar mereka. meski mereka tak bisa hadir di tengah-tengah kita namun ada sejuta karya yang bisa kita nikmati di zaman yang jauh dari keberadaan Rasulullah ini. Tentunya mereka adalah orang-orang istimewa yang pantang menyerah dengan senantiasa menjadikan islam sebagai way of life bagi seluruh kehidupan mereka.  


Sebenarnya apa yang menjadi rahasia mereka hingga mereka tetap memegang bara api Islam yang amat panas dan penuh resiko ini? Tentu inilah yang harus kita cari tahu sekaligus nantinya menjadi sebuah bahan introspeksi diri sebenarnya kontribusi apa yang telah kita berikan agar Allah memberikan ridha-Nya kepada kita. Ridha Allah dalam pencapaiannya ternyata tak semudah mengubah ekspresi wajah dari muka masam menjadi muka senyum tapi harus dengan perjuangan yang sangat panjang dan sungguh tak bisa dibayangkan. Dari sinilah perjuangan penyebaran sebuah ide-ide Islam dimulai. Senukil kisah dari salah satu diantara sejuta ulama ingin kutuliskan dan kuberikan disini kepada sauda-saudaraku para aktivis dakwah yang jelas akan memberikan guncangan pada diri kita ternyata kita sangat masih kurang sekali dalam berkontribusi terhadap kemajuan Dien ini. Dia adalah ulama sekaligus aktivis dakwah pada tahun 1923 yang luar biasa berapi-api dalam penyampaian setiap khutbahnya. Abu Yusuf Abdul Qadim Yusuf Zallum adalah nama beliau yang ketika itu yang dilahirkan di sebuah kota para penerus pejuang fikrah-fikrah Islam, sebuah kota dimana lingkungan yang sangat kondusif yang masih mempertahankan Syariat Islam meski tidak pada seluruh aspek pada waktu itu. Kota itu adalah al-Khalil di Palestina.

Asy-Syekh Abdul Qadim Zallum bukanlah seorang aktivis dakwah yang biasa-biasa yang kita tahu sungguh jauh berbeda dengan kondisi  saat ini yang kita ketahui sendiri bahwa dakwah hanya sebatas sebagai pekerjaan bukanlah sebuah kewajiban hingga dakwah dibuat permainan dan tak berisi. Dakwah pada abad 21 ini memang sangat didominasi oleh pesanan siapa yang berkepentingan pada waktu detik ini. Ah, kita jangan meneladani aktivis-aktivis dakwah yang seperti itu lah. Masih banyak yang bisa kita contoh kok aktivis dakwah yang bisa menjadikan kita lebih menjadi militant dan nggak melempem kayak krupuk yang kena angin terus n nggak bisa dimakan lagi karena saking kerasnya. Namun, beliau yang satu ini sangat berbeda dengan aktivis dakwah yang masa-masa sekarang. Dulu beliau terlahir di keluarga yang diselimuti agama karena ayah beliau sendiri Syeikh Yusuf Zallum adalah salah seorang dari beribu-ribu orang yang mampu menghafal Al Qur’an yang penuh dengan kalam-kalam indah dari Sang Khaliq. Jadi, dari sini sudah terlihat jelas bagaimana terdidiknya beliau sehingga menghantarkannya  menjadi salah seorang yang tak mudah putus asa dan memiliki semangat yang takkan redup meski dihantam oleh berbagai rintangan dari segala penjuru. Samping, bawah, depan, belakang setiap saat menjadi ancaman beliau. Inilah sebuah tantangan ketika seseorang telah menempatkan sebuah ide di atas segala kepentingannya.

Ide yang dipertahankan dan disebarkan pun bukan sebuah ide yang ecek-ecek namun ide yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya untuk membangkitkan umat ini kembali. Pada waktu itu beliau juga pernah menerbitkan sebuah koran yang bernama Rayah pada tahun 1954 M yang didalamnya adalah kritik terhadap penguasa yang telah dzalim dan mereka yang tidak menggunkan Syari’at Islam sebagai sebuah solusi harga mati bagi kehidupan secara menyeluruh. Satu hal yang wajib dilihat oleh para aktivis dakwah masa kini, beliau meski dalam kondisi yang sangat terdesak tetap sabar dan tekun, tidak merasa lelah dan kebosanan sekalipun. Beliau senantiasa serius setiap waktunya, memikirkan kondisi dan situasi kaum muslimin dan mengikuti perkembangan beritanya. Kondisi umat yang sangat terjauhkan dari pemikiran-pemikiran Islam, kondisi umat yang sudah terbudayakan dengan budaya sekuler kufur yang telah menjadikan umat ini kembali bak masa pra-Islam.

Dakwah bukan hanya sekedar dicomot sebagian sebuah ide Islam, dakwah bukanlah sesuai dengan kepentingan bahkan pesanan dari penguasa. Namun, dakwah wajib disampaikan secara utuh. Dakwah yang tentunya dapat membangkitkan kembali umat ini yakni dakwah ideologis yang bernafaskan Syari’ah Islam sebagai sebuah solusi total masalah umat ini. Tentu bukan hanya syari’ah saja harus dalam bingkai sebuah wadah yang bahasa kerennya adalah Daulah Khilafah Rasyidah ‘ala minhajin nubuwwah.

Inilah yang harus menjadikan kita mulai merevolusi diri kita yang belum menggeliatkan dakwah Islam yang hanya sekedar ibadah mahdah namun kita sebarkan juga dakwah Islam Ideologis yang akan melanjutkan kembali kehidupan Islam yang telah lama sirna di permukaan karena dikubur oleh sistem yang thagut yang tak senang dengan tegaknya Islam sebagai sebuah mabda’ yang mampu memimpin dunia bak masa silam.

Wahai para aktivis dakwah kampus kalian telah dibeli oleh Allah, baik jiwa, raga, harta kalian dan ia gantikan dengan lahan yang luas nan indah di suatu hari kelak yang bernamakan Jannah.

Biarlah kita pada saat ini menjadi orang yang asing.

Biarlah orang disana memaki kita dengan makian yang menyakitkan.

Tapi suatu saat kita akan kembali bangkit, dan menguasai kembali bumi Allah bukan hanya 2/3 dunia
Tapi 1 dunia akan kita luluh lantakkan dengan fikrah Islam yang suci tentu dengan metode yang bukan sembarangan.

Metode yang mengikuti ala Rasulullah saw bukan ala Karl Marx ataupun Adam Smith

Al Fatih telah membuktikannya…
Shalahuddin Al Ayyubi pun begitu
Semanggi (Semangat Tinggi) saudaraku…

0 komentar:

Posting Komentar