![]() |
Aktivis Islam Ideologis |
Aktivis… sebuah kata-kata yang
dibenak pikiran kita sudah dipastikan bahwa tentu dia orang yang aktif,
militan, nggak pantang meyerah dan mau mengorbankan demi sebuah ide yang telah
diyakininya. Tapi yang akan penulis maksud aktivisnya tapi aktivis dakwah. Yuk
kita langsung meninjau ke fakta di TKP. Di kalangan masyarakat banyak orang
yang mengatakan dirinya sebagai pendakwah. Tapi banyak juga dijumpai ketika
berdakwah hanya sebatas guyonan dan nggak berisi. Lalu apakah sama
kondisinya dengan kawan kita yang mengatasnamakan dirinya sebagai aktivis
dakwah kampus. Sebuah tempat yang
menjadi sebuah sejarah panjang bagi para founding father agama ini termasuk
beberapa ulama yang sudah tidak terasing di telinga kita sekelas Taqiyuddin An
Nabhani, Abdul Qadim Zallum, Hassan Al Banna, Sayyid Qutb, Atha’ Abu Rusytah
dan sejuta ulama yang tentunya takkan cukup kusebutkan satu per satu di goresan
pena ini. Ku tahu dan memahami bahwa mereka adalah generasi-generasi umat yang telah
diperhitungkan atas karya-karya besar mereka. meski mereka tak bisa hadir di
tengah-tengah kita namun ada sejuta karya yang bisa kita nikmati di zaman yang
jauh dari keberadaan Rasulullah ini. Tentunya mereka adalah orang-orang
istimewa yang pantang menyerah dengan senantiasa menjadikan islam sebagai way
of life bagi seluruh kehidupan mereka.
Sebenarnya apa yang menjadi rahasia mereka
hingga mereka tetap memegang bara api Islam yang amat panas dan penuh resiko
ini? Tentu inilah yang harus kita cari tahu sekaligus nantinya menjadi sebuah
bahan introspeksi diri sebenarnya kontribusi apa yang telah kita berikan agar
Allah memberikan ridha-Nya kepada kita. Ridha Allah dalam pencapaiannya
ternyata tak semudah mengubah ekspresi wajah dari muka masam menjadi muka
senyum tapi harus dengan perjuangan yang sangat panjang dan sungguh tak bisa
dibayangkan. Dari sinilah perjuangan penyebaran sebuah ide-ide Islam dimulai. Senukil
kisah dari salah satu diantara sejuta ulama ingin kutuliskan dan kuberikan
disini kepada sauda-saudaraku para aktivis dakwah yang jelas akan memberikan
guncangan pada diri kita ternyata kita sangat masih kurang sekali dalam
berkontribusi terhadap kemajuan Dien ini. Dia adalah ulama sekaligus aktivis
dakwah pada tahun 1923 yang luar biasa berapi-api dalam penyampaian setiap
khutbahnya. Abu Yusuf Abdul Qadim Yusuf Zallum adalah nama beliau yang ketika
itu yang dilahirkan di sebuah kota para penerus pejuang fikrah-fikrah Islam,
sebuah kota dimana lingkungan yang sangat kondusif yang masih mempertahankan
Syariat Islam meski tidak pada seluruh aspek pada waktu itu. Kota itu adalah
al-Khalil di Palestina.
Asy-Syekh Abdul Qadim Zallum
bukanlah seorang aktivis dakwah yang biasa-biasa yang kita tahu sungguh jauh
berbeda dengan kondisi saat ini yang kita
ketahui sendiri bahwa dakwah hanya sebatas sebagai pekerjaan bukanlah sebuah
kewajiban hingga dakwah dibuat permainan dan tak berisi. Dakwah pada abad 21
ini memang sangat didominasi oleh pesanan siapa yang berkepentingan pada waktu
detik ini. Ah, kita jangan meneladani aktivis-aktivis dakwah yang seperti itu
lah. Masih banyak yang bisa kita contoh kok aktivis dakwah yang bisa menjadikan
kita lebih menjadi militant dan nggak melempem kayak krupuk yang kena
angin terus n nggak bisa dimakan lagi karena saking kerasnya. Namun, beliau
yang satu ini sangat berbeda dengan aktivis dakwah yang masa-masa sekarang.
Dulu beliau terlahir di keluarga yang diselimuti agama karena ayah beliau
sendiri Syeikh Yusuf Zallum adalah salah seorang dari beribu-ribu orang yang
mampu menghafal Al Qur’an yang penuh dengan kalam-kalam indah dari Sang Khaliq.
Jadi, dari sini sudah terlihat jelas bagaimana terdidiknya beliau sehingga
menghantarkannya menjadi salah seorang
yang tak mudah putus asa dan memiliki semangat yang takkan redup meski dihantam
oleh berbagai rintangan dari segala penjuru. Samping, bawah, depan, belakang
setiap saat menjadi ancaman beliau. Inilah sebuah tantangan ketika seseorang
telah menempatkan sebuah ide di atas segala kepentingannya.
Ide yang dipertahankan dan
disebarkan pun bukan sebuah ide yang ecek-ecek namun ide yang berasal
dari Allah dan Rasul-Nya untuk membangkitkan umat ini kembali. Pada waktu itu
beliau juga pernah menerbitkan sebuah koran yang bernama Rayah pada tahun 1954
M yang didalamnya adalah kritik terhadap penguasa yang telah dzalim dan mereka
yang tidak menggunkan Syari’at Islam sebagai sebuah solusi harga mati bagi
kehidupan secara menyeluruh. Satu hal yang wajib dilihat oleh para aktivis
dakwah masa kini, beliau meski dalam kondisi yang sangat terdesak tetap sabar
dan tekun, tidak merasa lelah dan kebosanan sekalipun. Beliau senantiasa serius
setiap waktunya, memikirkan kondisi dan situasi kaum muslimin dan mengikuti
perkembangan beritanya. Kondisi umat yang sangat terjauhkan dari pemikiran-pemikiran
Islam, kondisi umat yang sudah terbudayakan dengan budaya sekuler kufur yang
telah menjadikan umat ini kembali bak masa pra-Islam.
Dakwah bukan hanya sekedar
dicomot sebagian sebuah ide Islam, dakwah bukanlah sesuai dengan kepentingan
bahkan pesanan dari penguasa. Namun, dakwah wajib disampaikan secara utuh.
Dakwah yang tentunya dapat membangkitkan kembali umat ini yakni dakwah
ideologis yang bernafaskan Syari’ah Islam sebagai sebuah solusi total masalah
umat ini. Tentu bukan hanya syari’ah saja harus dalam bingkai sebuah wadah yang
bahasa kerennya adalah Daulah Khilafah Rasyidah ‘ala minhajin nubuwwah.
Inilah yang harus menjadikan kita
mulai merevolusi diri kita yang belum menggeliatkan dakwah Islam yang hanya
sekedar ibadah mahdah namun kita sebarkan juga dakwah Islam Ideologis yang akan
melanjutkan kembali kehidupan Islam yang telah lama sirna di permukaan karena
dikubur oleh sistem yang thagut yang tak senang dengan tegaknya Islam sebagai
sebuah mabda’ yang mampu memimpin dunia bak masa silam.
Wahai para aktivis dakwah kampus kalian telah dibeli oleh Allah, baik jiwa, raga, harta kalian dan ia gantikan dengan lahan yang luas nan indah di suatu hari kelak yang bernamakan Jannah.
Biarlah kita pada saat ini menjadi orang yang asing.
Biarlah orang disana memaki kita dengan makian yang menyakitkan.
Tapi suatu saat kita akan kembali bangkit, dan menguasai kembali bumi Allah bukan hanya 2/3 dunia
Tapi 1 dunia akan kita luluh lantakkan dengan fikrah Islam yang suci tentu dengan metode yang bukan sembarangan.
Metode yang mengikuti ala Rasulullah saw bukan ala Karl Marx ataupun Adam Smith
Al Fatih telah membuktikannya…
Shalahuddin Al Ayyubi pun begitu
Semanggi (Semangat Tinggi) saudaraku…
0 komentar:
Posting Komentar