![]() |
Intrik Negeri Wayang |
Saat itu Semar, sang mbahurekso
pewayangan yang selalu didengarkan apa yang dikatakannya bertemu dengan Anoman
yang gagah perkasa, mereka membicarakan tentang sebuah negeri yang selalu ada
kegaduhan dan tak ada sebuah kedamaian di dalamnya. Semar saat itu bertemu
dengan Anoman di Pasar Beringharjo ketika ia sedang membeli pernak-pernik yang
unik di pasar tersebut. Anoman yang datang dengan baju putihnya itu ketika
bertemu langsung sendika dawuh dengan Semar, lalu ia berkata,”Maaf Mbah, Si
Mbah kok di sini? Sedang belanja pernak pernik ya mbah?”
Semar dengan gayanya
yang sok tua menyahut,” Njih anakku, si mbah sedang melihat pernak pernik yang
sangat bagus sekali ini. Ini ada sepeda mini, becak mini, robot-robotan mini
hingga rumah mini. Si mbah teringat dengan waktu kecil Anoman yang suka
main-mainan. Kalo negeri ini yang luas dibuat main-mainan seperti Anoman dulu
main gimana yah jadinya? Apalagi kalo sekarang di berbagai media sedang
melakukan brain washing alias mencuci otak para penontonnya yang setiap saat
melihat televisi padahal belum mesti benar apa yang disampaikan. Iya kan?”
Anoman sempat berpikir mengapa hal ini terus terjadi terutama ketika bulan
September yang konon pada tahun 2001 dulu terjadi pengeboman besar-besaran di
salah satu symbol negeri Paman Sham yaitu Gedung WTC (World Trade Conference)
yang dimainkan oleh jaringannya Osama bin Laden dari Afghanistan? Sungguh
sebuah keanehan apalagi terorisme bukanlah sebuah cerita baru di antara
masyarakat dunia yang dulu sempat booming di seluruh dunia. Lalu mereka
berjalan-jalan di tengah keramaian jalan Malioboro yang tersohor hingga negeri
pewayangan. Semar yang bijaksana segera
mengajak Anoman berhenti sejenak di tengah keramaian tersebut dan mencoba
berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya tentang apa yang sangat sering
dibicarakan oleh masyarakat negeri Wayang. Anoman ketika itu tidak sengaja
berpapasan dengan Puntadewa, ia langsung nyerobot bertanya,”Bos, jenengan kan
sering nonton TV nih. Sekarang apa yang menjadi pemberitaan di berbagai media.
Kalo pikiran saya ya kasus terorisme dan solusinya adalah deradikalisasi yang
digagas oleh Ansyad Mbai, Kepala Badan Intelijen Negara itu yang katanya rakyat
ya orang yang perlu diajeni.” Apa yang dikatakan oleh Anoman langsung dijawab
oleh Puntadewa, ia menyahut,”Hehe, memang aneh ketika saya melihat berbagai
media yang menyajikan berita yang seakan-akan hanya berkomunikasi satu arah dan
audiens hanya diam saja tanpa banyak cingcong, padahal teori Hypodermic
Needle (Jarum Suntik) ini sudah tidak berlaku lagi. Sudah bukan jamannya
soalnya dulu pernah diterapkan pada zaman Adolf Hitler sekitaran tahun 30
sampai 40-an, tahu kan? Bapak yang paling kejam dan sok bangga dengan rasnya
sendiri, Arya. Atau teori yang paling baru yang diciptakan oleh Herb Schiller
pada tahun 1973 yang memang media Barat sangat mendominasi media di seluruh
dunia. Ya kita tentunya tidak boleh termakan opini publik buatan mereka.
Apalagi menjelek-jelekkan Islam. Tentu tidak adil sekali.”
Semar yang sedang melihat
percakapan mereka yang sangat serius akhirnya nuturi juga dengan
gayanya. “Cah, cah… iling-iling. Iling sama apa yang telah difimankan
Allah SWT, Pencipta kalian semua yang pasti takkan membohongi kalian. “Hai orang-orang yang beriman, jika datang
kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar
kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”
(QS. Al Hujurat: 6). Ibnu Mandzur berpendapat dalam kitabnya Lisan
al-Arab dijelaskan, al
fusuq, al ‘ishyan wat tarku li amrillahi ‘Azza wa Jalla, wal khuruj ‘an
thariqil haq. Fusuq (akar kata fasik) adalah durhaka dan
meninggalkan perintah Allah dan keluar dari jalan kebenaran. Dengan demikian,
orang fasik adalah mereka yang durhaka kepada Allah, meninggalkan perintahNya,
dan keluar dari kebenaran. Jadi ketika mendapat sebuah dari informasi kita
harus melihat siapa yang menyampaikan informasi tersebut, jangan grusah
grusuh (cepat-cepat) mengambil sikap hingga menjudge orang atau kelompok
dengan seenaknya sendiri tanpa melihat background pemikiran yang diajarkan.
Bisa saja, apa yang ada pada saat ini penuh dengan kerusakan dan harus diganti
dengan yang baru serta berkualitas.
Anoman dan Puntadewa mendengarkan dengan seksama apa yang
diceritakan oleh Semar. Memang beliau adalah orang yang berkualitas dalam
menyampaikan sebuah informasi dan wawasan yang beliau miliki sangat luas di
antara kalangan pewayangan. Lalu, pada siang hari yang sangat terik di atas
penghujung kepala bak memecah menjadi dua belah kepala mereka, mereka bertiga
segera berhenti sejenak di atas batu-batu yang dibentuk seperti tempat duduk
yang berada tepat di depan Istana Presiden Negeri Pewayangan. Suasana di depan
lokasi tersebut hingga kini penuh dengan penjagaan ketat dari satgas pengawal
khusus presiden yang pada waktu itu singgah di tempat tersebut. Semar yang
jalannya ginak ginuk karena badannya yang besar serasa tidak nyaman
dengan keberadaan mereka. Dia dan kedua kawannya ingin melihat secara langsung bagaimana
Presiden Nyudonyowo menyampaikan pidato di depan kamera televisi seputar kasus
yang kobongan(kebakaran) jenggot masyarakat yaitu terorisme. Dengan gayanya
yang citrawan, dia menyampaikan pidatonya dengan lemah gemulai ditambah
intonasi bahasa yang diatur sedemikian rupa agar dia menjadi sosok yang patut
ditokohkan. Memang ada banyak sekali intrik di balik negeri pewayangan, di
tengah-tengah kasus korupsi di kalangan pejabat yang sebelumnya menjadi
pembicaraan masyarakat, tiba-tiba hadir kembali monster yang telah lama
menghilang tanpa jejaknya yaitu terorisme yang ujung-ujungnya dikait-kaitkan
dengan radikalisme. Yo mboh bener po ora opo’o mesti Islam seng disalahke
padahal sak durunge terorisme duduk Islam seng ngajarke? (Ya entah benar
atau tidak mengapa mesti Islam yang disalahkan padahal sebelumnya ajaran
teroris bukanlah dari Islam?) Coba saja kita lihat dalam dalil, hadits, imam
ataupun riwayat yang menunjukkan dalil terorisme? Jihad is not terrorism. Jihad
bukanlah terorisme.
Memang aneh sekali negeri pewayangan, di negeri ini memang
sarat dengan konspirasi kebodohan. Mereka yang diberikan sebuah kepintaran yang
berlebih malah kebablasan kearah kebodohan bahkan melebihi bodohnya babi.
Mereka siap untuk diinjak-injak oleh boss mereka, disuruh ke sana sini demi
melayani sang boss. Mereka siap menjadi kaum proletar modern yang diinjak-injak
majikannya dengan memberikan sejumlah uang dengan gaya ala kongkalikong lewat
perdana menteri dari negeri-negeri tetangga pewayangan yang berotak Barat. Kaum
pribumi negeri pewayangan pun yang memeluk Islam tapi mereka serasa tak
memiliki Islamnya. Mereka membela orang-orang yang tak jelas kebenarannya serta
musuh dalam selimut mereka sendiri ketika tidak meyakini Islam sebagai way of
life. Kalau kata salah satu pengamat terorisme, Harits Abu Ulya yang sempat
didengar beritanya oleh Semar di layar laptop, dia menceritakan bahwasanya
sekelas Ansyad Mbai kebakaran jenggot juga ketika ditembak kritik dari sana
sini oleh para pengamat teroris. Bahkan dia dengan tegas apa yang dikatakan
oleh para pengamat teroris yang tidak berada di lapangan justru memperkeruh
informasi. Beginilah masa kini, masa dimana keamanan dan pengabaran
informasi yang penuh dengan tipuan belaka. Mereka tidak takut dengan sebuah
hadist dari Maqal bin Yasar ra. ia berkata; aku mendengar Rasulullah saw.
bersabda:
Tidaklah seorang hamba yang diserahi Allah untuk mengatur
urusan rakyat kemudian ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya kecuali Allah
akan mengharamkan surga baginya (Muttafaq ‘alaih).
Ketika mendengar sebuah hadist ini yang tengah diucapkan
oleh Semar, mereka -Anoman dan Puntadewa- langsung merinding. Mereka melihat
fakta bagaimana pemimpin mereka di negerinya tengah melakukan penipuan
besar-besaran dan mereka bekerja sama dengan agen-agen Negara kafir yang tentu
takkan membuat kemakmuran negeri pewayangan. Apa yang telah mereka tawarkan
hanya sekadar tipuan, janji-janji busuk yang tak pernah terwujud. Tentu
pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab tentu tak ada. Apalagi dua detik
lagi, Pemilu 2014 akan segera diselenggarakan. Anoman yang sering melihat
televisi tentu sudah eneg dengan janji-janji palsu yang dibungkus secara
apik oleh Marcomm (Marketing Communication) dengan pencitraan yang
sungguh membius hati dan pikiran.
Puntadewa dan Anoman semakin terpaku melihat pidato dari
Presiden yang tong kosong nyaring bunyinya itu. Hal ini ternyata diperhatikan
oleh Semar yang selaku orang yang bijak di antara mereka. “Sudah jangan ratapi,
jangan hanya mengeluh saja kalian. Kini kita perlu bergerak. Bergerak bukan
untuk sekedar pujian tapi ini adalah konsekuensi keimanan kita kepada Allah Swt
yang telah menciptakan kita di sini.
Biar saja mereka berulah. Semua juga Allah yang akan membalasnya. Mari kita bergerak
dengan aturan Allah yang takkan menipu umat manusia. Mengganti rezim yang
tirani dan sistem yang korup nan bobrok dengan aturan, pemikiran, perasaan yang
Islami dengan tegaknya Syari’ah dan Khilafah Islamiyah.”
Mereka akhirnya kembali bersemangat dan menatap dunia yang
tinggal selangkah lagi akan tergantikan dengan sebuah janji yang bukan omong
kosong yaitu janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah yang tak
terdustakan. Mereka sembari berkata,” Hidupku hanya untuk revolusi. Revolusi
yang hakiki yang diridhai oleh Allah adalah tujuan kami. Melawan ketika
penguasa yang membangkang tentu akan kami lawan dengan pemikiran. Karena ide
dari Allah adalah ide yang besar, siapa saja yang berani menciutkan ide
tersebut akan berhadapan dengan kami karena kami adalah Tentara Allah. Hidup
Mulia atau mati syahid adalah impian kami.”
Negeri pewayangan tentu butuh sebuah jalan baru,
bukan jalan yang menyesatkan. Pemuda-pemuda yang siap untuk menghadapi musuh
yang mengecilkan umat Islam di negeri tersebut. Mereka memang belum tahu
bagaimana peradaban yang ingin dibangun nantinya. Mereka kini berusaha mencari
sebuah jalan lain, jalan yang bukan dari Allah dan Rasul-Nya. Ada yang memilih
jalan sosialisme yang dipenuhi dengan materialisme semata, ada juga yang memilih
jalan kapitalisme yang kini sedang mencabik-cabik habis negeri pewayangan yang
dulunya adem tentrem dengan peradaban Islam. Mereka telah melakukan
intrik di negeri ini yang harus dilawan tentu tanpa kekerasan, dengan
pemikiran, dan dengan membawa ide yang besar yang datang dari Allah SWT.
0 komentar:
Posting Komentar